Entri Populer

Kamis, 13 Oktober 2011

Rebana

           
        Rebana adalah tamborin Melayu yang digunakan dalam musik devosional Islam di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Suara Rebana sering menyertai ritual Islam seperti zikir tersebut. Nama Rebana berasal dari kata Arab yang berarti Robbana "Allah kita".

Rebana di Malaysia        

        Ada banyak jenis rebana, rebana terbesar yang diketahui adalah Rebana Ubi.Rebana Ubi secara luas digunakan oleh orang Melayu di East Coast Malaysia suchKelantan atau Terengganu. Jenis rebana rebana adalah hanya dengan pola dekoratif pada tubuh dan wajah. Rebana kecil juga dikenal sebagai Kompang secara luas digunakan oleh orang Melayu saat merayakan pengantin dalam upacara pernikahan.Rebana Hadrah datang dari negara bagian Johor. [1]
Para Rebana adalah gambar terukir pada salah satu sisi koin 1 sen Malaysia.


Rebana di Indonesia

        
Rebana di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan komunitas Muslim, seperti Minang di Sumatera dan Betawi di Jakarta.



Rebana di Sumatera
        
Orang-orang Minang dari Sumatera Barat menggunakan rebana dalam tarian tradisional mereka.        Para redep atau redap adalah jenis rebana dari Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini biasanya berwarna merah, hitam, dan emas, warna yang khas di Palembang seni. Redep adalah bagian dari ansambel kulintang dari Sumatera bagian selatan, kadang-kadang bersama dengan serunai (oboe seperti buluh ganda) dan biola. Kombinasi ini menunjukkan pengaruh gabungan dari Buddha, Hindu, Portugis, Melayu, dan Asia Barat, asal-usul Arab [2].. Musik Asia Barat Sumatera selatan dipengaruhi sejak awal abad 16 ketika kesultanan Muslim Jawa dan Arab darah dicampur memerintah di Palembang


Rebana di Jakarta
          
Para rebana di Jakarta khususnya yang berkaitan dengan komunitas Muslim Betawi, sering ditemukan di Tengah dan Jakarta Selatan. Setiap kampung di Jakarta rebana sendiri, misalnya, Rebana Burdah dapat ditemukan di Kuningan Barat Kelurahan (Kecamatan Mampang Prapatan), sementara Rebana Maukhid adalah dari Kelurahan Pejaten (Kecamatan Pasar Minggu). Rebana dapat digunakan dalam sebuah ritual pernikahan atau dalam sebuah upacara sunat. [3]
        
Rebana Biang adalah besar, lonceng-kurang, 90 sentimeter dengan diameter rebana. Rebana Biang masih dapat ditemukan di daerah selatan Jakarta, misalnyaCiganjur, Cijantung, Cakung, Ciseeng, Parung, Pondok Rajeg, Bojong Gede, dan Citayam. Pondok Cina dan daerah Bintaro digunakan untuk memiliki tradisi Rebana Biang, tapi itu telah menghilang akibat urbanisasi. Rebana Biang juga dikenal sebagai Rebana Gede, Rebana Salun, Gembyung, dan Terbang Selamat. Rebana Biang berbeda dengan rebanas khas di mana telah ada jingle logam dan drumhead (atau wangkis) adalah tetap menggunakan irisan bukan kuku (tidak berbeda dengan Tifa dari Maluku).Hal ini diasumsikan bahwa Rebana Biang berasal dari masa sebelum kedatangan Islam ke Indonesia [4]. Rebana Biang dapat menyertai rebanas kecil lain di ensemble. Karena ukurannya yang besar, kaki dan lutut dapat digunakan untuk mendukung rebana, yang juga dapat digunakan untuk mengontrol suara rebana. [5]
      
Rebana Burdah adalah 50 sentimeter di diamater rebana. Para Burdah namanya berasal dari Al Qaeda Burda (Qaida adalah bentuk puisi Arab) yang biasanya disertai dengan Rebana Burdah ensemble, atau dari nama pemimpin Rebana Burdah ansambel, keturunan Arab, Sayid Abdullah Ba'mar. Rebana Burdah dapat ditemukan di Kuningan Sarat (Mampang PrapatanSubdistrict). [6]Rebana Maukhid adalah 40 sentimeter dengan diameter rebana dari Pejaten, Pasar Minggu Kecamatan. Maukhid rebana biasanya menyertai lagu oleh Abdullah Alhadad, yang dikatakan datang fromHadhramaut, dan yang tinggal di Pejaten keturunan. [7]
       
Rebana Ketimpring berisi tiga pasang jingle dalam tubuhnya. Para ensemble Rebana Ketimpring berisi tiga pemain, masing-masing memegang tiga rebanas dengan ukuran antara 20 sampai 25 sentimeter calledrebana Tiga, Empat rebana, dan rebana lima masing-masing. Rebana lima ditempatkan di pusat dan bertindak sebagai pemimpin ensemble. Rebana Ketimpring digunakan dalam pesta upacara pernikahan (disebut ngarak) atau dalam berkat-meminta ritual seperti ritual sunat atau setelah kelahiran anak (disebut maulid) [8]
        
Dor rebana adalah rebana yang berisi lubang-lubang kecil pada sisinya untuk memudahkan penanganan [9]. Rebana Qasidah kasidah atau merupakan bentuk modern Rebana Dor penyanyi yang biasanya perempuan. Kasidah rebana adalah bentuk yang paling populer rebana, dengan lebih dari 600 band Rebana kasidah di Jakarta saja, dan dianggap sebagai musik pop. [10]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar