Entri Populer

Selasa, 03 Januari 2012

Musik MOZZART untuk Bayi dalam Kandungan Cetak E-mail
Ditulis oleh Dewan Asatidz   
----- Tanya ----- Assalamu'alaikum wr. wb. Ustadz, istri saya sedang hamil 3.5 bulan kemudian ada orang yang ingin memberikan hadiah kepada saya berupa kaset MOZZART yang katanya dapat meningkatkan kualitas intelektual bayi sejak dalam kandungan. Yang ingin saya tanyakan, apakah penggunaan sarana seperti itu dibolehkan dalam Islam? hukumnya apa? apakah tidak lebih baik kita dengarkan ayat-ayat Al-Quran saja? Atas jawaban ustadz saya ucapkan terima kasih. Wass.wr.wb. Abdullah - Kaltim ------- Jawab ------- Para ilmuwan syaraf memang telah menemukan bahwa getaran (suara) musik klasik (semacan ciptaan Mozart dan Bethoven) senada dg getaran syaraf otak. Karena getarannya yg sama, ia bisa merangsang syaraf otak utk berosilasi (berayun, bergetar). Osilasi syaraf otak seseorang tidak pernah berhenti, walaupun dlm keadaan tidur. Osilasinya akan lebih tinggi bila orang itu dlm keadaan sadar, dan semakin tinggi lagi bila digunakan berfikir. Bila musik klasik itu diperdengarkan pada bayi (bahkan ketika bayi itu masih dlm kandungan) syaraf-syaraf otaknya akan terangsang berosilasi. Dan ini membantu meningkatkan kecerdasan otak. Tak hanya itu, para ilmuwan bahkan sudah mengklasifikasi berbagai jenis musik yg perlu diperdengarkan dlm berbagai kesempatan yg berbeda. Misalnya saat mulai belajar musiknya berbeda dari saat belajar/berfikir serius. Dan tentu kita akan menjadi kurang konsentrasi belajar/berfikir jika sambil mendengarkan musik dangdut. Sebagaimana kita sebaiknya tidak mendengarkan lantunan Al-Qur'an atau musik-musik yg merangsang jiwa utk merenung ketika kita sedang bekerja, karena itu justru mengganggu konsentrasi kerja. Ketika sedang bekerja kita dengarkan musik yg menimbulkan semangat. Terus bagaimana dg lantunan Al-Qur'an? Saya kira lantunan Al-Qur'an itu lebih baik diperdengarkan utk diresapi kandungannya. Dan ini tentu hanya bagi orang tua. Kalaupun diperdengarkan pada bayi, paling manfaatnya sebatas menikmati enaknya suara si pelantun. Karena, tidak hanya orang tua, bayipun bisa menikmati suara-suara yg enak nan menentramkan. Kalau bayi Anda menangis dan Anda membiarkannya, semakin lama menangisnya. Dia akan cepat terninabobokkan jika Anda membopongnya sambil Anda nyanyikan sholawat, syi'ir, atau lagu-lagu halus. Lantunan Al-Qur'an setara dg itu. Qira'ahnya Syaikh Sudais (Imam Masjidil Haram) itu enak sekali didengarkan, walau kita ndak paham artinya. Bayi pun bisa menikmati itu. Dengan ungkapan lain, kita jangan memperhadapkan antara musik klasik Mozart dengan lantunan Al-Qur'an. Masing-masing ada saatnya tersendiri, dan ada kegunaannya tersendiri. Sama-sama perlu. Terus bagaimana hukum musik itu sendiri? Jawabnya, silahkan tengok Tanya Jawab mengenai musik. Cari di www.pesantrenvirtual.com dg kata kunci "musik". Arif Hidayat

Kamis, 13 Oktober 2011

Rebana

           
        Rebana adalah tamborin Melayu yang digunakan dalam musik devosional Islam di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Suara Rebana sering menyertai ritual Islam seperti zikir tersebut. Nama Rebana berasal dari kata Arab yang berarti Robbana "Allah kita".

Rebana di Malaysia        

        Ada banyak jenis rebana, rebana terbesar yang diketahui adalah Rebana Ubi.Rebana Ubi secara luas digunakan oleh orang Melayu di East Coast Malaysia suchKelantan atau Terengganu. Jenis rebana rebana adalah hanya dengan pola dekoratif pada tubuh dan wajah. Rebana kecil juga dikenal sebagai Kompang secara luas digunakan oleh orang Melayu saat merayakan pengantin dalam upacara pernikahan.Rebana Hadrah datang dari negara bagian Johor. [1]
Para Rebana adalah gambar terukir pada salah satu sisi koin 1 sen Malaysia.


Rebana di Indonesia

        
Rebana di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan komunitas Muslim, seperti Minang di Sumatera dan Betawi di Jakarta.



Rebana di Sumatera
        
Orang-orang Minang dari Sumatera Barat menggunakan rebana dalam tarian tradisional mereka.        Para redep atau redap adalah jenis rebana dari Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini biasanya berwarna merah, hitam, dan emas, warna yang khas di Palembang seni. Redep adalah bagian dari ansambel kulintang dari Sumatera bagian selatan, kadang-kadang bersama dengan serunai (oboe seperti buluh ganda) dan biola. Kombinasi ini menunjukkan pengaruh gabungan dari Buddha, Hindu, Portugis, Melayu, dan Asia Barat, asal-usul Arab [2].. Musik Asia Barat Sumatera selatan dipengaruhi sejak awal abad 16 ketika kesultanan Muslim Jawa dan Arab darah dicampur memerintah di Palembang


Rebana di Jakarta
          
Para rebana di Jakarta khususnya yang berkaitan dengan komunitas Muslim Betawi, sering ditemukan di Tengah dan Jakarta Selatan. Setiap kampung di Jakarta rebana sendiri, misalnya, Rebana Burdah dapat ditemukan di Kuningan Barat Kelurahan (Kecamatan Mampang Prapatan), sementara Rebana Maukhid adalah dari Kelurahan Pejaten (Kecamatan Pasar Minggu). Rebana dapat digunakan dalam sebuah ritual pernikahan atau dalam sebuah upacara sunat. [3]
        
Rebana Biang adalah besar, lonceng-kurang, 90 sentimeter dengan diameter rebana. Rebana Biang masih dapat ditemukan di daerah selatan Jakarta, misalnyaCiganjur, Cijantung, Cakung, Ciseeng, Parung, Pondok Rajeg, Bojong Gede, dan Citayam. Pondok Cina dan daerah Bintaro digunakan untuk memiliki tradisi Rebana Biang, tapi itu telah menghilang akibat urbanisasi. Rebana Biang juga dikenal sebagai Rebana Gede, Rebana Salun, Gembyung, dan Terbang Selamat. Rebana Biang berbeda dengan rebanas khas di mana telah ada jingle logam dan drumhead (atau wangkis) adalah tetap menggunakan irisan bukan kuku (tidak berbeda dengan Tifa dari Maluku).Hal ini diasumsikan bahwa Rebana Biang berasal dari masa sebelum kedatangan Islam ke Indonesia [4]. Rebana Biang dapat menyertai rebanas kecil lain di ensemble. Karena ukurannya yang besar, kaki dan lutut dapat digunakan untuk mendukung rebana, yang juga dapat digunakan untuk mengontrol suara rebana. [5]
      
Rebana Burdah adalah 50 sentimeter di diamater rebana. Para Burdah namanya berasal dari Al Qaeda Burda (Qaida adalah bentuk puisi Arab) yang biasanya disertai dengan Rebana Burdah ensemble, atau dari nama pemimpin Rebana Burdah ansambel, keturunan Arab, Sayid Abdullah Ba'mar. Rebana Burdah dapat ditemukan di Kuningan Sarat (Mampang PrapatanSubdistrict). [6]Rebana Maukhid adalah 40 sentimeter dengan diameter rebana dari Pejaten, Pasar Minggu Kecamatan. Maukhid rebana biasanya menyertai lagu oleh Abdullah Alhadad, yang dikatakan datang fromHadhramaut, dan yang tinggal di Pejaten keturunan. [7]
       
Rebana Ketimpring berisi tiga pasang jingle dalam tubuhnya. Para ensemble Rebana Ketimpring berisi tiga pemain, masing-masing memegang tiga rebanas dengan ukuran antara 20 sampai 25 sentimeter calledrebana Tiga, Empat rebana, dan rebana lima masing-masing. Rebana lima ditempatkan di pusat dan bertindak sebagai pemimpin ensemble. Rebana Ketimpring digunakan dalam pesta upacara pernikahan (disebut ngarak) atau dalam berkat-meminta ritual seperti ritual sunat atau setelah kelahiran anak (disebut maulid) [8]
        
Dor rebana adalah rebana yang berisi lubang-lubang kecil pada sisinya untuk memudahkan penanganan [9]. Rebana Qasidah kasidah atau merupakan bentuk modern Rebana Dor penyanyi yang biasanya perempuan. Kasidah rebana adalah bentuk yang paling populer rebana, dengan lebih dari 600 band Rebana kasidah di Jakarta saja, dan dianggap sebagai musik pop. [10]

Selasa, 11 Oktober 2011

Nasyid


        Nasyid adalah salah satu seni Islam dalam bidang seni suara.Biasanya merupakan nyanyian yang bercorak Islam dan mengandungi kata-kata nasihat, kisah para nabi, memuji Allah, dan yang sejenisnya. Biasanya nasyid dinyanyikan secara acappela dengan hanya diiringi gendang. Metode ini muncul karena banyak ulama Islam yang melarang penggunaan alat musik kecuali alat musik perkusi.

[sunting]Sejarah

        Nasyid berasal dari bahasa Arab yang berarti senandung. Kata ini mengalami penyempitan makna dari senandung secara umum, menjadi senandung yang bernafaskan Islam. Nasyid dipercaya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad.Syair thola'al badru 'alaina (yang artinya telah muncul rembulan di tengah kami)yang kini kerap dinyanyikan oleh tim qosidah dan majelis ta'lim, adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW ketika pertama kali hijrah ke Madinah. Nasyid kemudian berkembang seiring dengan situasi dan kondisi saat itu. Misalnya nasyid di Timur Tengah yang banyak mengumandangkan pesan jihad maupun perlawanan terhadap imperialisme Israel lebih banyak dipengaruhi oleh situasi politik yang ada saat itu. Ą

[sunting]Nasyid di Indonesia

          Nasyid mulai masuk ke Indonesia sekitar era tahun 80-an. Perkembangannya pada awalnya dipelopori oleh aktivis-aktivis kajian Islam yang mulai tumbuh di kampus-kampus pada masa itu. Pada awalnya yang dinyanyikan adalah syair-syair asli berbahasa Arab. Namun akhirnya berkembang dengan adanya nasyid berbahasa Indonesia dan dengan tema yang semakin luas (tidak hanya temasyahid dan jihad). Biasanya nasyid dinyanyikan dalam pernikahan, maupun perayaan hari besar umat Islam.

Gambus

       Gambus adalah alat musik petik seperti mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus atau disebutgambus saja. Di TVRI dan RRI, orkes gambus pernah membawakan acara irama padang pasir.
       Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Alat musiknya terdiri dari biolagendangtabla dan seruling. Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi dan banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar, bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan pimpinan Ahmad Baqi.

Darbuka/Dumbek


          The goblet drum (also chalice drumdarbukadoumbekdumbec, or tablahArabicدربوكة‎) is a hand drum with a goblet shape used mostly in the Middle EastNorth Africa, and Eastern Europe.
           Though it is not known exactly when these drums were first made, they are known to be of ancient origin. Some say they have been around for thousands of years, used in Mesopotamian and Ancient Egyptian cultures. There has also has been some debate that they actually originated in Europe and were brought to the Middle East by nomadic Celtic tribes.
         Its thin, responsive drumhead and resonance help it produce a distinctively crisp sound. Traditionally, goblet drums may be made of clay, metal, or wood. Modern goblet drums are also sometimes made of synthetic materials, including fiberglass. Modern metal drums are commonly made of aluminum (either cast, spun, or formed from a sheet) or copper. Some aluminum drums may have a mother-of-pearl inlay, which is purely decorative. Traditional drum heads were animal skin, commonly goat and also fish. Modern drums commonly use synthetic materials for drum heads, including mylar and fiberglass.

Marawis


      Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.

[sunting]Sejarah

         Kesenian marawis berasal dari negara timur tengah terutama dari Yaman. Nama marawis diambil dari nama salah satu alat musik yang dipergunakan dalam kesenian ini. Secara keseluruhan, musik ini menggunakan hajir (gendang besar) berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis (gendang kecil) berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk atau (jimbe) (sejenis gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan tamborin ataukrecekdan [Symbal] yang berdiameter kecil. Lagu-lagu yang berirama gambus atau padang pasir dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan tertentu
        Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapinsarah, dan zahefah. Pukulan zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
        Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat. Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan, marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.

[sunting]Jumlah Pemain

        Musik ini dimainkan oleh minimal sepuluh orang. Setiap orang memainkan satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk membangkitkan semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta berpeci. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam hubungan darah - kakekcucu, dan keponakan. Sekarang hampir di setiap wilayah terdapat marawis